SocMed Addicted  

Sunday, July 31, 2011

Social Media, berkembang pesat membunuh tradisi jabat tangan yang dibiasakan oleh nenek moyang dahulu kala. Sentuhan status dan berbalas komen beserta emoticon yang berjibun seolah mengeliminasi pentingnya beradu pandang dan penyimakan intonasi.

Lihatlah mereka di sana, tak peduli waktu tidur atau kerjakah, mereka menyambut pagi dan menemani sang rembulan dariberbagai belahan dunia. Sekelorkah daun dunia kini?

Dulu, friendster menjadi identitas pergaulan era digital, yang kini layaknya layu tersiram panasnya wajah SocMed lainnya, facebook, hi5, koprol, plurk, twitter, linked dan masih berserakan mereka yang lainnya.

Dan menangislah mode silaturahmi dan interaksi alami ala masa orde belum baru. Bentik, delik2an, maen karet, adu gambar tergeletak di museum usang tanpa label pengenal. Entah dari abad berapa mereka berasal, menjadi beberapa keping kenangan yang takkan pernah dikenang.

Dan ketika para wajah mereka beradu dalam sebuah lingkup sak ranggehan tangan, menjadi tak berdaya memamerkan kemolekan bawaan lahir karena setiap mata berpaku pada deretan kata dan emot di monitor mini yang senantiasa di bawa.

Teringat celoteh seorang kawan, SocMed, mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat. baca selanjutnya.......

AddThis Social Bookmark Button

Ramadhan datang....  

Saturday, July 23, 2011

Menjelang sang berkah datang, membawa sekarung ampunan, di mana kah aku sekarang? Bahagiakah aku menyambutnya? Atau penuh ketakutan? Ah' entahlah. Ramadhan, engkau datang dan akankah aku sekedar diam? Membisu dan pura2 tak tau' sekedar ikut2an?

pantaskah diriku masuk dalam lingkaran bulan + Mu? Mencoba peruntungan mengais barokah, ampunan san kemenangan yang Engkau janjikan? Ramadhan datang, dan akankah diriku hanya terdiam? baca selanjutnya.......

AddThis Social Bookmark Button

lika-liku Maskapai penerbangan nusantara  

Tuesday, July 19, 2011

Industri maskapai penerbangan di negeri tercinta mengalami masa pasang surut. Harga tiket yang tak terjangkau bagi sebagian besar masyarakat, membuatnya menjadi sarana transportasi mewah pada saat itu. Sehingga kereta api dan bus merupakan pilihan bepergian paling dinikmati untuk berpindah dari satu kota ke kota lain.

Hingga tiba saatnya banyak pihak yang ingin ikut serta menikmati ceruk kue pasar yang belum tergarap. Banyak muncul maskapai2 baru yang menawarkan harga yang menukik jauh, meski sebenarnya disertai dengan standart yang ikut terpuruk. Harga yang tak terpaut jauh dengan transportasi darat membuat banyak konsumen beralih. Harga tiket untuk sekali terbang hampir tak pernah menembus harga 1 juta. Aneka promo dan diskon ditawarkan. Transportasi udara mencapai puncaknya, jika dilihat dari lonjakan jumlah penumpang.

Hingga tiba saatnya, keterpurukan kembali terjadi. Penolakan negara2 eropa akan kedatangan maskapai dalam negeri, sering terjadinya pengabaian keselamatan, dan pemangkasan harga yang ternyata didapat dengan memangkas biaya perawatan dan operasionalnya. Check-Up armada dimolorkan,  perpanjangan usia pensiun ban dan beberapa komponen yang lain, kanibalisme part dan sunatan asupan tanki bahan bakar sampai dengan pemotongan jalur penerbangan demi efisiensi penggunaan bahan bakar tanpa mengindahkan keamanan jalur baru yang dilalui.

Dan sekarang, seleksi alam berhasil "memunahkan" beberapa maskapai yang memang terkesan modal nekad memasuki dunia persaingan. Gulung tikar karena tak mampu bersaing dalam harga yang semakin terbanting. Dan sekarang, tiket kembali melambung. Namun ketergantungan konsumen akan kecepatan waktu untuk berpindah tempat, membuat perusahaan penebangan masih bisa jumawa.

 Akan seperti apakah mereka ke depannya? semoga semakin membaik.....dari harga dam mutu pelayanan.
baca selanjutnya.......

AddThis Social Bookmark Button

Design by Amanda @ Blogger Buster